Otak kita miliki kemampuan GPS. Pertanyaannya adalah, bagaimana menjelaskan hal itu secara ilmiah.
Kemampuan otak mengidentifikasi lokasi, memetakan, dan menavigasi mungkin bagi orang awam terlihat sesuatu yang alamiah, wajar, dan tidak perlu penjelasan rumit.

Tiga ilmuwan neurosains mencari penjelasan ilmiahnya. John O'Keefe, Edvard Moser, dan May-Britt Moser dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran 2014 atas jasanya itu.

Gabungan temuan O'Keefe dan pasangan suami-istri Moser telah mengungkapkan sistem kerja sel dalam otak yang mirip global positioning system (GPS). Informasi detail terkait dengan lokasi dan lingkungan tempat kita berada akan disimpan.

Sistem dalam otak manusia akan mengolahnya sehingga seseorang dapat mengingat kembali lokasi yang pernah dia datangi atau menavigasi jalan mana untuk menuju ke satu lokasi.

Temuan mereka tersebut telah membuka jalan baru untuk memahami proses kognitif lain, seperti memori, pemikiran, dan perencanaan.

Oleh karena itu, hasil temuan ketiganya tersebut pun menjadi pijakan awal bagi riset penyakit penurunan fungsi kognitif selanjutnya, seperti alzheimer.

"Jika kita mengetahui bagaimana otak seseorang bekerja, kita juga akan punya peluang untuk mengatasi penyakitnya," kata O'Keefe yang menggeluti neruosains selama puluhan tahun. Dia sangat ingin mengetahui cara kerja otak manusia—dengan harapan agar dapat mencari jalan keluar yang tepat bagi penanganan alzheimer.

Pada 1960-an, dia melakukan penelitian dengan menggunakan metode neurofisiologi untuk menjawab keingintahuan tersebut. Dia merekam sinyal otak dari bagian hippocampus pada tikus. Hasilnya, pada 1971, di London, O'Keefe menemukan sel yang mampu mengidentifikasi lokasi.

Sel tertentu pada hippocampus akan aktif di tempat tertentu. Sementara sel lain akan aktif di tempat yang berbeda. Sel ini kemudian akan menciptakan peta lokasi dalam otak manusia.

Hasil temuan dari John O'Keefe ternyata merupakan salah satu komponen dari sistem pemosisian dalam otak manusia. Pada 2005, pasangan Edvard Moser dan May-Britt Moser menemukan sel saraf lain dalam bagian korteks entorhinal pada tikus yang berperan dalam pembentukan GPS dalam otak.

Sel mampu menghasilkan sistem koordinat yang presisi dalam menentukan posisi dan navigasi. Hasil temuan mereka tersebut mampu melengkapi apa yang sudah ditemukan oleh O'Keefe beberapa dekade sebelumnya.

Penelitian termutakhir dengan teknik pencitraan otak manusia—seperti halnya riset pada pasien yang menjalani bedah saraf—telah menunjukkan bukti bahwa sel lokasi dan sel jaringan juga terdapat pada manusia.

Sumber

Posting Komentar

 
Top